Biarkan Anak Menangis?! • Sadis? Kejam? Tegaan? Tidak! Karena dengan menangis, kadang-kadang anak Anda belajar sesuatu yang penting.
Bayi dan anak-anak menangis itu wajar. Menangis seringkali adalah salah satu cara mereka untuk berkomunikasi, terutama bayi. Menangis tidak selalu berarti sedih. Bayi dan anak-anak juga menggunakan tangis untuk menunjukkan kemarahan, emosi kecewa dan frustrasi.
Ada beberapa tangisan yang perlu segera direspon agar berhenti, seperti tangisan ketika bayi mengompol, lapar, atau kesakitan. Namun jangan buru-buru bergegap gempita melakukan segala cara untuk menghentikan tangisan bayi/anak yang sedang marah atau mencari perhatian (baca: mengamuk). Sejumlah orang tua cenderung membujuk, memohon, membelikan mainan agar anak segera berhenti menangis. Tangisan anak memang segera berhenti, tapi anak yang sering dibujuk seperti ini berpeluang besar tumbuh menjadi anak manja yang penuntut.
Biarkan anak menangis ketika marah atau jengkel. Sambil menangis, sebenarnya anak-anak sedang belajar mengelola perasaan dan frustrasi mereka. Ini adalah salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan anak agar dia bisa mengatasi rasa frustrasinya ketika mereka tumbuh besar dalam dunia yang makin penuh tantangan.
Orang tua yang sibuk merayu agar anaknya berhenti menangis, berlaku overprotektif dengan berusaha menyelesaikan masalah si anak. Biarkan anak belajar menyelesaikan masalahnya sendiri agar tidak selamanya mereka bergantung pada pertolongan orang tua.
Anak menangis tidak harus selalu direspons negatif dan penuh rasa khawatir. Mereka hanyalah anak-anak yang sedang belajar. Dengar dan pahami saja kekesalan mereka, dan mereka tahu kapan saatnya tangisan dihentikan. (Baca juga: Cara Mendengar dan Memahami Kekesalan Anak)